Rabu, 11 Juli 2012

Tanjung Puting National Park, Middle Kalimantan, Indonesia


Tanjung Puting is one of the natural wonders of the world! You may not believe this after you have been there only two days or three days, but after the fourth or fifth day something happens. You are captivated completely by the purity of the air, the openness of the night sky with the most remarkable view of the Milky Way, the magnificence and dignity of the gentle orangutans, the thundering downpours that instantly cool the air, and the clarity of the brilliant crimson sunsets. Tanjung Puting is the largest and most diverse protected example of extensive coastal tropical heath and peat swamp forest which used to cover much of southern Borneo. The area was originally declared as a game reserve in 1935 and a National Park in 1982. While the Park has a checkered history of weak protection, nonetheless, it remains substantially wild and natural.
Tanjung Puting is covered by a complex mosaic of diverse lowland habitats. It contains 3,040 km2 (or 1,174 square miles) of low lying swampy terrain punctuated by blackwater rivers which flow into the Java Sea. At the mouth of these rivers and along the sea coast are found nipa/mangrove swamps. Mangroves teem with animal life. Tanjung Puting also includes tall dry ground tropical rain forest, primarily tropical heath forest, with a canopy of 30 meters (approximately 100 feet) with “emergents” exceeding 50 meters (approximately 165 ft) in height, seasonally inundated peat swamp forest with peat in layers two or more meters (approximately 7 feet) deep, open depression lakes formed by fire, and open areas of abandoned dry rice fields now covered with elephant grass and ferns. The tropical heath forest which is called “kerangas” in parts of Borneo, is only found on very poor, typically white-sandy soils and is characterized by medium-sized trees.
Tanjung Puting sits on a peninsula that juts out into the Java Sea. The peninsula is low lying and swampy with a spine of dry ground which rises a few feet above the omnipresent swamp. The north of Tanjung Puting is characterized by gentle hills and gold-bearing alluvial plains. In the past maps of the region commonly portrayed a ridge of mountains coming down into Tanjung Puting. This mountainous ridge does not exist; in fact, nowhere does the altitude rise above 100-200 feet in Tanjung Puting.The best known animals in Tanjung Puting are the orangutans, made famous through the long-term efforts of the Orangutan Research and Conservation Program (predecessor to OFI), based at the landmark Camp Leakey research station. Tanjung Puting also boasts the bizarre looking proboscis monkey with its “Jimmy Durante” nose as well as seven other primate species. Clouded leopards, civets, and Malaysian sun bears cavort in the park, as do mouse deer, barking deer, sambar deer, and the wild cattle known as banteng. Tanjung Puting hosts over 230 species of birds, including hornbills, deep forest birds, and many wetland species. Tanjung Puting is well known for its “bird lakes,” seasonal rookeries for a half a dozen species of endangered waterbirds, including the only known Bornean nesting grounds for white egrets. Tanjung Puting also has two species of crocodiles, dozens of snakes and frogs, numerous threatened species, including the fortune-bringing and highly endangered “dragon” fish also known as the Arwana (bony-tongue). Among the most flamboyant of these animals are the many species of colorful birds, butterflies, and moths found in the Park.
Tropical swamp ecosystems are little represented in protected areas throughout Southeast Asia but are omnipresent in Tanjung Puting. In the peat swamp forest, many trees have stilt roots or aerial roots as adaptations to frequent flooding.Tanjung Puting is a veritable hothouse of ecodiversity. The diverse habitat zones shelter slightly different fauna and flora providing a great variety of microhabitats for plants and animals and thus, the opportunity for many species to be present in close proximity. In a Bornean context, tropical heath forest by itself is not representative of the largest trees, the tallest canopy, or the most diverse ecosystem.
Aside from its remarkable biological attributes, Tanjung Puting is highly important for the well-being of the surrounding local human population. The wetlands provide vital ecological services such as flood control, stream control regulation, erosion control, natural biological filtration system, and seasonal nurseries for fish which are the major source of local animal protein. Many of these services have an impact well beyond the local area. For instance, the waters surrounding Tanjung Puting attract fishing vessels from many different parts of Indonesia. In addition, local people benefit from a great variety of forest products including honey, waxes, aromatic woods, fibers for ropes and cloth, medicinal plants, fuel oils, thatching materials, rattan, firewood, incense, wild rubber, edible latexes, resins, natural pesticides, fungicides and possible virocides.
For the above reasons and many other reasons not noted, Tanjung Puting is recognized as one of the most important and outstanding provincial treasures in Kalimantan Tengah. The national government has also made a strong commitment to protect the forest, its wildlife, and to manage the park wisely. Tanjung Puting has increasingly gained international prestige and recognition. As a result, more and more visitors from all over the world are experiencing a fresh new outlook on nature and an appreciation of the tropical rain forest which was humankind’s original “Garden of Eden.”
The peat swamp and fresh water swamp forest associations present in Tanjung Puting were at one time extensive along the south coast of Borneo from Banjarmasin in the east to the Kapuas River near Pontianak in the west. These swamps extended up the northwest coast of Sarawak and Brunei and as far as the Klias peninsula in Sabah. In Sarawak in general, peat swamp forests are very well developed and they are still very important there as a natural resource. In Kalimantan, however, much of the swamp habitat has been converted, both permanently and on shifting cultivation basis, to rice fields. Swamp habitats, as found in Tanjung Puting, are becoming more difficult to find. Although Tanjung Puting has suffered some encroachment from human activity, the Park area is still wild and pristine. The vegetation supports a large population of animals, making this one of the most important areas in Southeast Asia for the preservation primates, birds, reptiles and fish.

Selasa, 14 September 2010

Ujung Genteng, Sukabumi, Indonesia









Terletak +/- 120km dari kota sukabumi, Ujunggenteng memang merupakan objek wisata yang cukup menarik. Pantainya yang masih bersih dan alami memiliki pesona tersendiri untuk dikunjungi. Pada beberapa bagian pantai terdapat area yang cocok untuk bermain atau sekedar berendam dilaut. Hal ini disebabkan kedalamannya hanya sepangkal paha saat laut pasang dan bila sedang surut hanya sekitar sebetis kaki dan yang lebih menarik lagi tidak ada ombaknya tapi hanya arus pelan yang bergeser dari kanan kekiri. 

Disana terdapat pula dermaga bekas peninggalan belanda yang kalau diperhatikan sudah cukup tua umurnya dan sekarang sudah tinggal sisa puingnya saja. Sejarahnya pun masyarakat kurang begitu tahu dengan jelas.

Kearah timur dari ujung genteng terdapat pula lokasi pelelangan ikan, yang cukup ramai dipagi hari antara jam 5-9 pagi. Berbagai jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang telah semalaman melaut diperjual belikan disana dengan harga yang tentunya jauh lebih murah dan lebih segar.

Pangumbahan, nampaknya merupakan objek wisata yang cukup unik dikawasan ini. Melihat penyu bertelur ditepi pantai saat malam hari jelas merupakan even yang langka bagi sebagian orang dan tidak semua objek wisata pantai memilikinya. Penyu yang bertelur dikawasan ini merupakan jenis penyu hijau yang merupakan binatang yang hidup di air laut. Penyu hijau dapat berkembang sampai mencapai lebih dari 1 meter panjangnya, lebih dari 200 kg beratnya dan hidup lebih dari 100 tahun. 

Sebelum penyu mulai bertelur disarankan agar tidak menimbulkan kegaduhan atau keributan, dan juga disarankan tidak membawa penerangan dalam bentuk apapun karena hal ini bisa menjadikan sang penyu enggan bertelur dan kembali lagi ke arah laut. Begitu telur mulai dikeluarkan barulah kita bisa mendekat dan mengamatinya dengan menggunakan senter atau alat penerangan lain. 

Nampaknya bila penyu sudah mulai mengeluarkan telurnya, akan mengalami kesukaran untuk menghentikannya, dan jumlah telur yang dikeluarkan dari seekor penyu hijau bisa mencapai 200 butir.

Muara Cipanarikan, merupakan salah satu objek wisata lain yang menarik di ujung genteng. 
Muara ini merupakan tempat bertemunya sungai cipanarikan dengan laut. Sungai Cipanarikan membentuk alur membelok terlebih dahulu sebelum masuk kelaut, sehingga terbentuk hamparan pasir yang cukup luas dengan bentuk pasir yang sangat halus, sangat cocok sebagai tempat bermain pasir bagi anak-anak. 

Dimuara ini banyak pula binatang seperti kepiting, belibis, biawak dan ikan-ikan muara. Bila kita menelusuri sisi pantainya banyak pula dijumpai ikan-ikan hias khas warna-warni ikan air laut yang berenang bebas disela-sela karang. Disamping itu kerang-kerang pantai yang ada dilokasi ini banyak memiliki bentuk yang masih utuh dan bagus/cemerlang warna-warnanya.

Ombak Tujuh, terletak sekitar 15 Km dari pangumbahan yang bisa ditempuh dengan perjalanann jalan kaki selama 3-4 jam. Lokasi ini merupakan kawasan favorite bagi wisatawan mancanegara untuk olahraga selancar. Sebutan ombak tujuh menurut penduduk karena ombaknya selalu berurutan tujuh ombak dan selalu besar-besar. 

Disekitar ombak tujuh ada beberpa pulau kecil, pantainya sangat alami, banyak karang-karang kecil, Rata-rata orang yang berselancar menggunakan motor ojek untuk sampai kesana dan bila musim hujan tidak ada yang bisa kesana kecuali jalan kaki.

Cibuaya, Lokasi yang cocok untuk berendam atau berenang karena merupakan cekungan pantai yang memiliki kedalaman yang bervariasi, dari mulai 0,5 meter sampai 6 meter. Didalamnya juga terdapat trumbu karang yang indah. 

Lokasinya sangat cocok untuk menikmati matahari sore, juga memiliki air laut yang cukup bersih & jernih. Terkadang bila musim ikan kakap atau krapu, cibuaya merupakan tempat ideal untuk memancing.

Disamping objek wisata alam, Ujunggenteng juga memiliki objek wisata dalam bentuk proses pembuatan gula kelapa oleh masyarakat setempat. Pembuatannya sederhana sekali yakni dengan memanfaatkan perkebunan kelapa luas, para penduduk memasang bokor untuk menampung cairan dari kembang kelapa lalu di kumpulkan dan dimasak dikuali lalu dicetak dengan potongan bambu yang ukurannya lebih besar dari ukuran gula kelapa yang ada di pasaran.

Secara keseluruhan masih ada beberapa tempat yang belum terjamah yang memiliki tempat yang indah. Meskipun demikian, kawasan wisata Ujunggenteng juga memiliki tempat penginapan dengan tarif mulai dari 75.000 (USD $. 7.5) hingga 350.000 (USD $. 35) rupiah. 

Sebagai catatan: didaerah ujung genteng masih ada malaria, mungkin dikarenakan area ini bersebelahan dengan hutan lindung, jadi bila akan berkunjung kesana ada baiknya membawa pil kina, juga makanan dan minuman ada baiknya kita bawa sendiri karena disana masih tergolong daerah pesisir yang kurang berkembang pariwisatanya.

Kamis, 09 September 2010

Desa Sawarna, Banten, Indonesia





Sawarna, sebuah desa yang terletak di bagian selatan Provinsi Banten, adalah ibarat intan yang tak terasah. Intan baru akan terlihat kemilaunya bila diasah dengan serius dan dirawat secara berkesinambungan. Sudah saatnya intan tersebut diangkat dari lumpur yang menyelimutinya selama ini. Sampai saat ini Desa Sawarna sangat ketinggalan dalam segala hal, mulai dari masalah transportasi sampai sarana lain seperti pos, perbankan dan komunikasi. Tetapi dalam hal potensi, ia sangat kaya. Terlihat dari hasil pertanian yang ada seperti padi, singkong, jagung, pisang dan kelapa. Kelapa di sana merupakan salah satu hasil pertanian yang dapat diandalkan, selain untuk dijual ke pasaran, kelapa oleh penduduk juga dibuat kopra sebagai bahan dasar minyak kelapa. Selain bertani penduduk setempat juga beternak kerbau, kambing, sapi serta ayam.

Itu baru dilihat dari sisi potensi agrobisnis, kalau dilihat dari sisi potensi wisata ternyata desa ini juga menyimpan pantai-pantai, sungai, hutan dan gua-gua menarik yang indah untuk dikunjungi. Kalau bisa dikelola dengan baik bukan mustahil desa ini bisa menjadi sumber pemasukan yang cukup besar bagi pemerintah daerah setempat di masa yang akan datang.

Aksesibilitas
Dari sisi geografis Sawarna terletak di bagian barat Pelabuhan Ratu. Untuk mengunjunginya dari arah Jakarta, dapat melalui dua alternatif jalur darat. Kalau anda membawa mobil pribadi lebih disarankan melewati jalur barat. Anda menuju Rangkasbitung, kemudian terus ke arah selatan sampai tiba di kota Malingping dan berbelok ke arah timur melewati rentetan pemandangan indah pesisir pantai di kiri jalan dan dipadu dengan sawah pertanian yang menghijau di kanan jalan. Tiba di Pasar Bayah disarankan anda menitipkan mobil, karena jalur yang ada selanjutnya hanya cocok untuk angkutan desa dengan jeep bergardan empat.
Bila anda memutuskan naik kendaraan umum, lebih baik dari Jakarta anda menuju terminal Bogor dan meneruskan perjalanan dengan naik bus menuju terminal Pelabuhan Ratu. Dari Pelabuhan Ratu terus naik bus tigaperempat menuju Pasar Bayah.

Bila anda sudah tiba di Pasar Bayah, perjalanan diteruskan menuju Desa Sawarna menggunakan jeep yang khusus digunakan sebagai sarana transportasi darat. Anda akan menikmati pemandangan indah di sepanjang jalur mobil. Diawali dengan rentetan daerah pinggir pantai yang menawan. Kemudian masuk ke daerah hutan tropis dengan jalan lumpur bergelombang yang membuat badan anda tak bisa diam. Kondisi jalan yang tak rata akan menambah nikmat petualangan anda, apalagi ketika melewati jembatan yang tersisa setengah badan jalan. Kalimat doa kepada Tuhan akan sering terdengar untuk keselamatan kita saat melihat betapa mengenaskannya kondisi jembatan tersebut.

Tetapi semua pengorbanan itu akan terbayar lunas setelah melewati jalur hutan, karena akan terlihat pemandangan pantai putih terhampar diselingi pohon-pohon nyiur yang tumbuh melengkung memberikan salam hangat kepada anda.
Disarankan agar anda tiba di daerah Pasar Bayah pada saat hari masih siang karena sarana transportasi jeep ini hanya ada sampai pukul lima sore, setelah itu anda bisa naik ojek. Tentu dengan risiko lebih besar karena harus melewati jalan berbatu dan berlumpur yang licin, dan kadang-kadang jalan menurun dan menaik secara tiba-tiba.

Kondisi sulitnya transportasi dan payahnya sarana jalan menuju ke sana inilah yang ternyata membuat banyak wisatawan mengurungkan niatnya mengunjungi Sawarna.

Objek Wisata Pantai
Terisolirnya daerah Sawarna membuat objek wisata indah yang ada di sana menjadi semakin dalam terbenam. Tercatat dua buah pantai berpotensi wisata internasional ada di sana. Pantai Pulau Manuk yang terletak di barat desa masih terlihat belum serius diupayakan sebagai daerah wisata unggulan. Pantai pasir putih yang bermaterialkan pasir kuarsa dan pecahan batuan gamping hasil abrasi gelombang laut ini sebenarnya sangatlah besar potensinya bila dilihat dari sisi kepariwisataan. Apalagi dengan adanya hutan suaka alam di sebelah timurnya. Berjalan dari pantai Pulau Manuk terus menyusur ke timur memasuki hutan suaka alam yang penuh dengan kekayaan flora dan faunanya seperti lutung, berbagai jenis burung dan terkadang masih di jumpai macan, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata petualangan.

Pantai berpanorama indah yang lain adalah Pantai Ciantir di sebelah selatan Sawarna. Dengan panjang garis pantai yang lebih kurang 3,5 km membuat pantai ini terlihat seperti garis lengkung tanpa batas. Di timur pantai terdapat batuan sisa abrasi gelombang laut yang tampak menonjol seperti layar. Tempat ini biasa disebut penduduk sekitar sebagai Tanjung Layar. Karena adanya Tanjung Layar inilah yang membuat pesisir di timur pantai ini menjadi pilihan nelayan untuk melabuhkan kapalnya. Selain karena tempat ini ombaknya paling kecil, juga ternyata ombak dari Samudera Indonesia tertahan oleh Tanjung Layar tersebut.
Pemandangan matahari terbenam terlihat indah sekali di sini. Belum lagi ditambah siluet dari kelewar yang keluar dari gua sepanjang pantai menjelang senja, akan terasa kesyahduan matahari senja menyelimuti pikiran anda.
Sayang kalau anda melewatkan keindahan bintang malam di pinggir pantai ini. Dengan hanya bermodal tenda anda pasti memilih menginap di pingir pantai merasakan hembusan angin laut menerpa tubuh sambil mengobrol bersama teman perjalanan anda di depan api unggun yang tercipta dari kayu-kayu kering yang banyak terdapat di pinggir laut. Selain itu suasana akan terasa sangat romantis.


Objek Wisata Gua
Batuan karst (gamping) yang ikut menentukan terbentuknya daerah Sawarna ternyata juga menyimpan misteri yang dalam. Tercatat ada beberapa gua yang bisa dijelajahi di sana seperti: Gua Lalay, Gua Kadir dan Gua Camaul.
Kebanyakan gua yang ada di Sawarna merupakan gua karst (batu gamping) dari zaman Miosen awal. Terjadinya Gua Lalay bermula dari adanya retakan pada batu gamping akibat pengaruh tektonik. Retakan tersebut selanjutnya berfungsi sebagai jalan air yang melarutkan batu gamping tersebut sesuai dengan sifat fisiknya yang mudah larut dalam air. Air yang melarutkan batu gamping tersebut selanjutnya mengendap dan menghasilkan berbagai ornamen gua. Bagian dasar gua ini merupakan sungai bawah tanah yang berlumpur dengan ketebalan 10 sampai 15 cm. Panjang gua diperkirakan sampai 1000 meter.

Sedangkan Gua Kadir berada di sebelah barat Gua Lalay dengan mulut gua sempit menghadap ke arah barat. Untuk bisa masuk ke dalam gua, orang harus merangkak sejauh kurang lebih 2 meter. Berbeda dengan Gua Lalay, Gua Kadir posisinya relatif lebih tinggi sehingga bagian dasar gua relatif lebih kering.

Objek Wisata Pendukung

Selain pantai dan gua, masih terdapat potensi wisata lain yang bisa mendukung objek wisata utama di Sawarna seperti yang di sebutkan di atas. Di antaranya adalah tempat pelelangan ikan yang terlihat eksotis pada pagi hari. Juga ada potensi agrowisata yaitu berjalan di persawahan menghijau yang ternyata juga dapat membuat hati menjadi lebih tenang.

Atau anda lebih memilih mencari batu hias sebagai koleksi. Di pinggir sungai Cisawarna terdapat banyak batuan hias yang bisa menambah jenis koleksi batuan anda. Batu hias yang merupakan hasil silisifikasi dari batuan atau kayu akibat terkena larutan hidrotermal tersebut bisa dikembangkan menjadi industri kecil yang mendukung kepariwisataan daerah tersebut. Di samping menjadi ciri khas desa Sawarna.

Tetapi kalau mau bicara pariwisata, mau tak mau pariwisata yang maju berkait erat dengan sarana dan prasarana yang ada. Dari segudang potensi yang ada sangatlah mungkin bisa dikembangkan, jika segala sarana dan prasana yang ada sekarang dibuat lebih memadai.

Kalau dilihat kondisi yang ada sekarang, patut dipertanyakan tentang kelanjutan daerah Sawarna menjadi daerah wisata unggulan setelah Pelabuhan Ratu sebagai kunjungan wisata menjadi terwujud. Jalur jalan yang masih terlihat menyedihkan, sarana telekomunikasi yang belum mencapai desa tersebut, menjadi PR tersendiri bagi instansi terkait.

Juga jangan dilupakan masalah perbankan yang mau tak mau sangat dibutuhkan wisatawan di sana juga ternyata belumlah tersedia. Pendek kata, selama daerah ini masih terisolir karena kondisi jalan yang buruk, sulitnya peralatan komunikasi dan kurangnya berbagai penunjang lainnya. Maka tak akan pernah intan Sawarna terlihat bersinar kemilaunya.


Rabu, 08 September 2010

Danau Toba, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, Indonesia






Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Danau toba sendiri merupakan danau vulkanik yang terjadi saat ada ledakan gunung berapi pada 69.000 - 77.000 tahun lalu, diperkirakan juga sebagai salah satu ledakan gunung berapi terbesar di dunia.
Setelah ledakan tersebut, terciptalah kaledra (cekungan pada tanah sesudah letusan vulkanik) yang kemudian terisi oleh air dan kita ketahui sebagai danau toba sekarang.
Ditengah danau toba juga terdapat pulau kecil yang juga disebut pulau samosir.
Apabila Anda berkunjung ke Danau Toba, Anda mungkin heran karena mendapati danau ini lebih mirip lautan dibandingkan danau. Suasana yang adem dan menyegarkan, pemandangan yang indah dan memesona, dengan pegunungan yang mengelilingi daerah ini mungkin akan membuat Anda betah. Pulau Samosir terletak dengan megahnya di tengah-tengah pulau. Di tengah-tengah Samosir, masih ada danau lagi, yang menambah keunikan tempat wisata ini.
Danau Toba berukuran sekitar 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter. Terletak 906 meter di atas permukaan laut, tempat ini merupakan surga bagi banyak tumbuhan menarik. Beberapa orang yang menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam di wilayah ini berkata bahwa Danau Toba membuat mereka melupakan semua masalah mereka walaupun untuk sementara.

Cara Mencapai Daerah Ini
Dengan menggunakan mobil sewaan dari kota Medan, Anda dapat mencapai Parapat dalam waktu kurang lebih 4 jam. Parapat terletak sekitar 185 kilometer jauhnya dari ibu kota Sumatra Utara. Anda juga dapat menggunakan bus atau mengikuti tur untuk mengunjungi danau ini.

Tempat Menginap
Berbagai penginapan dan hotel tersedia di Parapat. Beberapa hotel malah menyediakan fasilitas seperti kolam renang dan jacuzzi untuk memanjakan tamu-tamunya.

Berkeliling
Anda dapat berperahu untuk mencapai Pulau Samosir.

Tempat Bersantap
Banyak restoran yang didirikan di daerah ini. Anda juga dapat mencicipi makanan setempat di hotel atau penginapan.

Buah Tangan
Suvenir seperti T Shirt, topi, gantungan kunci, dan sebagainya dapat Anda beli di Medan, Parapat, ataupun di Pulau Samosir. Di Tuk Tuk Anda dapat membeli kerajinan khas suku Batak yang unik misalnya ulos, ukiran khas, kalender Batak, alat musik tradisional, dan lain sebagainya.
Yang Dapat Anda Lakukan
Anda dapat berenang di danau, atau menaiki perahu mengelilingi danau. Anda juga dapat mengunjungi Pulau Samosir untuk melihat rumah adat raja-raja Batak zaman dahulu juga para kuburan raja di wilayah Tomok. Lapangan golf juga tersedia bagi yang menggemari olahraga yang satu ini.
Tips
1. Bawalah jaket dan topi. Tempat ini mungkin cukup dingin bagi beberapa orang.
2. Bawalah baju renang dan perlengkapan olahraga Anda.

Selasa, 07 September 2010

Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Indonesia













Destinasi kali ini akan mengusik jiwa petualang anda. Sebuah kawasan yang masih terbilang masih asli menawarkan perjalanan yang tak terlupakan. Adalah Kepulauan Tukang Besi, sebuah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar dengan luas sekitar 821 km2. Empat pulau besar tersebut adalah Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko yang oleh masyarakat setempat biasa diakronimkan sebagai WAKATOBI.

Sebagaimana namanya, Tukang Besi, kepulauan ini memang terkenal dengan pembuatan keris tradisional yang indah dan tetap diproduksi hingga sekarang. Gugusan kepulauan ini memiliki alam yang masih asli, tenang dengan air laut yang segar, gua-gua bawah laut yang saling berdekatan satu sama lain yang disuguhkan khusus untuk pecinta alam sejati. Bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan kawasan wisata taman laut pertama di Indonesia.

Meski menyelam bisa dilakukan setiap saat, tetapi bulan April dan Desember adalah bulan yang paling baik untuk melakukan penyelaman karena cuacanya sangat bagus. Di samping menyelam dan snorkling di pantai juga disediakan khusus motor selam, tour snorkling dan penjelajahan di kepulauan. Sebuah kawasan kecil yang berlokasi di samping pulau Tomia seluas 8 km2, bernama Pulau Tolandona (Pulau Onernobaa) memiliki keunikan karena pulau ini dikelilingi taman laut yang indah. 

Setelah menempuh perjalanan 5-6 jam dengan kapal cepat dari Kendari, Bau-Bau menjadi tempat transit berikutnya ke Wakatobi. Perjalanan tidak dapat langsung karena jadwal penyeberangan Bau-Bau-Wanci, pintu gerbang Wakatobi terbatas. Lagi pula penyeberangan dengan kapal kayu sekitar satu hari akan sangat melelahkan. Jalur yang biasa dipakai dari Bau-Bau adalah perjalanan darat ke Lasalimu, kecamatan di sebelah tenggara Bau-Bau, sekitar 3 jam. Selanjutnya menyeberang ke Wakatobi. Itu pun jadwal penyeberangan sekali sehari, pukul 06.00. 

Ada dua macam suku di Kepulauan Tukang Besi, yaitu Tukang Besi utara dan selatan. Total penduduk kedua suku tersebut kini mencapai kisaran 250.000 orang, tersebar di empat pulau besar Wakatobi. Mata pencarian suku Tukang Besi adalah bertani. Makanan pokok mereka adalah ubi-ubian, yang biasa dibakar dan dimakan bersama ikan. Suku Tukang Besi selatan juga termasuk rumpun suku Buton. Ketergantungan hidup mereka terletak pada hasil laut yang menjadi santapan sehari-hari. 

Jika anda ingin berkunjung ke Wakatobi, pada bulan Juli-September ombak bisa setinggi gunung. Namun, bagi anda yang berjiwa petualang, ombak besar tidak menjadi halangan untuk mengunjungi gugusan kepulauan di antara Laut Banda dan Laut Flores ini. Tapi bila anda ingin lebih ‚aman’, bulan Oktober sampai awal Desember merupakan pilihan terbaik menikmati keindahan di Wakatobi. Begitulah beberapa pesan penduduk Wakatobi yang ditemui di Kota Bau-Bau.

Sebenarnya Wakatobi tidak hanya mengandalkan transportasi laut dari Bau-Bau atau Lasalimu. Sejak tahun 2001, transportasi udara bisa menjangkau wilayah kepulauan di timur Pulau Buton ini. Namun, ongkos perjalanan sangat mahal, selain itu transportasi udara hanya melayani jalur Denpasar-Wakatobi dengan jadwal tiap 11 hari.

Kepulauan Tukang Besi mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami.

Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam dan wisatawan. Sejak tahun 1996, kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional. 
Kawasan wisata juga terdapat di Pulau Wangi-Wangi, Hoga, pulau di sebelah Kaledupa dan Binongko. Selain snorkling dan diving, aktivitas pariwisata lain yang bisa dinikmati adalah pemandangan pantai, menyusuri gua, fotografi, berjemur, dan camping.

Empat pulau besar di Wakatobi memiliki karakteristik khusus, yakni setiap pulau merupakan satu wilayah kecamatan, kecuali Pulau Wangi-Wangi yang terdiri dari dua kecamatan. Wangi-Wangi, pulau pertama yang dijumpai saat memasuki Kabupaten Wakatobi, menjadi pintu gerbang dan paling dekat dengan Pulau Buton. Di sini terdapat pelabuhan besar yang melayani kapal barang dan penumpang di Desa Wanci. Jika Pulau Wangi-Wangi menjadi pintu gerbang transportasi laut, maka Pulau Tomia menjadi pintu gerbang transportasi udara. 


Keindahan daratan

Baiklah, sebelum lebih jauh membicarakan Wakatobi, hal terpenting yang harus diutarakan adalah bagaimana mencapai kabupaten itu.

Cara terbaik dan termurah saat ini adalah datang dulu ke ibu kota Sulawesi Tenggara, Kendari. Dari sana, kapal reguler menuju Pulau Wangiwangi berangkat tiap pagi pukul 10 dan akan tiba di tujuan sekitar 10 sampai 12 jam kemudian. Dari Wangiwangi, perjalanan ke pulau-pulau lain bisa ditempuh dengan perahu-perahu sewaan atau perahu reguler yang sederhana, tetapi cukup aman.

Saat ini sebuah bandara sedang disiapkan di Wangiwangi. Kalau bandara ini selesai, diperkirakan pertengahan 2008, untuk mencapai Wangiwangi bisa dilakukan dengan penerbangan dari Bali, Makassar, atau Manado.


Hanya penyelamankah pesona Wakatobi?

Bukan sama sekali. Bisa dikatakan Wakatobi indah di atas dan di bawah sekaligus. Alam di sana masih bersih dan itu bisa dilihat dari beningnya sungai-sungai di sana. Perahu seakan melayang karena air di bawahnya seakan tidak terlihat.

Kesadaran akan kebersihan ini sangat disadari masyarakat setempat. Sampah plastik umumnya dikumpulkan di suatu tempat untuk dijual kepada penadah. Selain membuat pemasukan bagi penduduk, kesadaran ini relatif menjaga kelestarian alam di sana.

Pesona darat Pulau Wangiwangi adalah pada mata air-mata air di celah-celah bukit kapur, juga beberapa benteng dan masjid tua sisa Kerajaan Buton. Adapun Pulau Kalidupa dan Tomia kaya pemandangan pantai serta tarian tradisional.

Pulau terujung, yaitu Binongko, yang dulu dikenal sebagai Pulau Tukang Besi, memang dipenuhi para pandai besi. Mereka mengerjakan pembuatan aneka alat rumah tangga yang dijual sampai Makassar. Saat mereka menempa besi panas adalah atraksi menarik. Sayangnya, sebagian pandai besi sudah memakai pipa pralon menggantikan bambu sebagai alat peniup api.

Di Pulau Binongko pula penenun tradisional masih memberi pesona fotografis. Tenun yang mereka buat selama sepekan sampai sebulan bisa langsung dibeli dengan harga antara Rp 100.000 (USD $. 10) sampai Rp 1 juta (USD $. 100) tergantung mutu.

Pastikan Wakatobi menjadi destinasi kunjungan anda selanjutnya. Berikan liburan yang sedikit berbeda kepada keluarga anda.

Danau Laut Tawar, Aceh Tengah, NAD, Indonesia







Keberadaan Danau Laut Tawar menjadi kebanggaan masyarakat Aceh. Ia merupakan objek wisata alam yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Danau ini menjadi sumber air yang dimanfaatkan tidak hanya oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah, namun juga oleh masyarakat di kabupaten-kabupaten lainnya. 
Beredar cerita tradisional masyarakat Gayo tentang ikan depik, bentuknya seperti ikan hias bertubuh ramping bersisik putih berkilau dengan ukuran sebesar jempol tangan yang hidup di Danau Laut Tawar. Ceritanya, depik berasal dari butiran nasi yang dibuang ke danau. Ia akan muncul ke permukaan pada musim tertentu, khususnya pada saat musim hujan. Sebelum musim tiba, gerombolan depik bersembunyi di selatan danau, di kaki Gunung Bur Kelieten. Depik merupakan sebuah anugerah Tuhan kepada masyarakat Gayo, meski terus-menerus dikonsumsi, ia tidak pernah habis.

Keistimewaan
Dua bukit yang mengapit danau ini, semakin memperlihatkan keindahan danau. Penyatuan perairan dan dataran memberi banyak sumber penghidupan bagi masyarakat, terutama di sekitar dataran tinggi Gayo. Sebutan laut karena luasnya seperti laut dan sebutan tawar karena airnya tidak asin. Air tawarnya menyimpan banyak flora dan fauna, salah satunya yang paling terkenal ialah ikan depik yang merupakan spesies ikan yang hanya ada di Danau Laut Tawar.

Di lokasi ini pengunjung dapat melihat masyarakat yang bercocok tanam dan memancing. Suatu aktivitas yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar danau. Komoditi unggulan yang ditanam di dataran tinggi Gayo antara lain, adalah kopi Gayo (kopi arabika) yang sangat terkenal di Jepang, kentang, markisa, tomat, cabe, jagung, dan sayur-sayuran. Hasil komoditi perkebunan yang cukup terkenal adalah jeruk keprok Gayo dan alpukat.

Lokasi
Danau yang teduh ini terletak di sebelah timur Kota Takengon, di dataran tinggi Gayo (1.250 meter di atas permukaan laut), Kecamatan Lut Tawar, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ia merupakan danau terluas di Propinsi Aceh dengan luas sekitar 5.472 Ha, panjang sekitar 17 km dan lebar 5,5 km.

Akses Menuju Lokasi
Akses menuju Takengon lebih mudah ditempuh melalui Kota Bireun. Ada sebuah terminal kecil tempat mangkal angkutan elf yang khusus ke Takengon. Lamanya perjalanan sekitar 5 jam dengan biaya kurang lebih sebesar Rp. 25.000.(USD $.2.5) Selain dari Bireun, jalan alternatif menuju Takengon dapat juga ditempuh melalui Blang Kejeren dan Kutacane.


Harga Tiket
Wisatawan yang berkunjung ke objek wisata ini tidak dipungut biaya.

Akomodasi

Tersedia satu buah kapal motor yang digunakan untuk membawa penumpang mengelilingi Danau Laut Tawar. Di sekitar danau terdapat tempat penginapan bagi para wisatawan yang ingin bermalam di lokasi itu.